Strategi Bisnis – Pilihan Low Cost Strategy atau Strategi Diferensiasi Produk
1. Low Cost Leadership Strategy.
Ini adalah strategi yang fokus utamanya adalah pada penyediaan produk yang murah ketimbang yang ditawarkan oleh pesaing. Ini kerap dilakukan oleh perusahaan yang pangsa pasarnya cukup luas dengan jenis usaha yang sudah cukup umum.
Sebagai contohnya adalah BukaBuku.com, toko buku online yang menghadapi persaingan dengan cara memberikan diskon untuk semua koleksi bukunya, baik buku lokal maupun impor. Hal yang sama juga dilakukan Maxi, jaringan supermarket yang menjual berbagai barang seperti layaknya supermarket besar, namun dengan harga yang lebih murah.
2. Differentiation Strategy.
Ini adalah strategi yang fokus utamanya adalah menyediakan produk unik yang kemungkinan tidak dimiliki oleh pesaing. Sasaran utama strategi ini adalah memenangkan hati konsumen lewat jenis produk atau layanan yang belum ada di pasaran.
Contohnya adalah The Body Shop yang membidik masyarakat pecinta produk kecantikan serta kesehatan yang alami dan organik. Walaupun dari segi harga rata-rata produknya cukup mahal, merk The Body Shop berhasil menjaring banyak pelanggan setia dari pangsa pasar yang cukup sempit (bandingkan dengan, misalnya, Unilever yang memproduksi produk kecantikan murah).
Kedua jenis strategi ini biasa dilakukan berbagai perusahaan baik yang pangsa pasar usahanya tinggi maupun rendah. Akan tetapi, di antara keduanya, terdapat strategi ideal yang menerapkan kedua kualitas baik dari kedua strategi tersebut, yaitu strategi biaya terbaik. Akan tetapi, strategi ini bisa dibilang banyak resikonya. Hal ini akan dijelaskan pada slide berikutnya.
LIMA STRATEGI KOMPETITIF GENERIK (Lanjutan)
Strategi Biaya Terbaik (The Best Cost Strategy) adalah strategi yang memfokuskan pada fitur produk dengan diferensiasi yang cukup tinggi, namun dengan penerapan harga yang cukup rendah.
Dengan demikian, bisa dibilang strategi ini hanya dilakukan oleh perusahaan yang benar-benar memiliki pangsa pasar unik (niche market), yang bisa menawarkan sesuatu yang tidak ditawarkan pesaing lainnya.
Strategi ini biasanya diterapkan oleh perusahaan dengan tingkat daya saing yang cukup tinggi dan bisa memproduksi jenis barang atau layanan yang sifatnya khusus, memiliki fitur yang tak gampang ditiru dan sudah memiliki pangsa pasar setia yang sempit. Kalaupun ada pembeli dari kelompok lain yang menginginkan produk tersebut, maka si pembeli yang bersangkutan tidak akan punya banyak pilihan lain karena memang tidak ada alternatif lain.
Dengan penerapan strategi ini, barang yang diproduksi atau layanan yang diberikan perusahaan itu jadi bernilai lebh tinggi di pasar. Persaingan pun lebih sedikit dan pengusaha tidak perlu takut pada persaingan baik dari segi persaingan harga maupun diferensiasi produk. Daya tawar terhadap pembeli juga jauh lebih baik, bahkan untuk pembeli yang berada di luar target pasar.
Contoh dari penerapan strategi ini adalah perusahaan dengan jenis produk yang sangat spesifik, misalnya perusahaan pemroduksi prosesor berkualitas Intel. Posisi perusahaan ini dalam industri pembuatan prosesor tergolong sangat kuat karena produknya tidak mudah dibuat, membutuhkan modal besar, berkualitas bagus (didukung dengan laboratorium penelitian dan inovasi) serta daya tawarnya tinggi.
Karena itu, tidak mengherankan jika berbagai merk komputer di seluruh dunia kebanyakan menggunakan prosesor Intel, terutama merk-merk besar atau yang berasosiasi dengan kualitas. Dengan berfokus pada kompetensi, Intel bisa bebas menerapkan nilai yang lebih tinggi bagi barang produksinya.
Masing-masing strategi generik ini memiliki keunggulan khusus tersendiri jika ditinjau dari berbagai faktor yang memengaruhi persaingan (Porter’s Five Forces). Slide berikut akan menjabarkan keunggulan masing-masing strategi generik ditinjau dari segi pengaruh persaingan ini.
STRATEGI GENERIK DAN KEKUATAN INDUSTRI
Berikut adalah penjelasan keunggulan dari strategi generik jika dikaitkan dengan kekuatan persaingan dari Porter’s Five Forces.
1. Low Cost Leadership Strategy
Dari segi entry barriers, strategi ini memiliki keunggulan yaitu dapat menghambat pesaing dengan cara memotong biaya proses produksi, yang berefek pada penawaran harga yang lebih murah pada pembeli. Selain itu, jika ingin mendapat pemasok bagus, perusahaan akan lebih mudah bernegosiasi dengan pemasok berskala besar sehingga lebih mudah mendapatkan bahan baku. Dari segi persaingan, perusahaan yang memanfaatkan strategi biaya rendah akan dapat menghadapi ancaman baik dari perusahaan yang mirip maupun perusahaan produsen barang pengganti dengan mengusung harga murah sebagai keunggulan.
2. Differentiation Strategy.
Strategi macam ini lebih menekankan pada kesetiaan pelanggan, sehingga dari segi entry barrier, perusahaan dapat memeroleh akses pemasaran lebih mudah. Selain itu, difeensiasi produk terutama yang unik akan menurunkan daya tawar pembeli sehingga mereka akan ‘terpaksa’ harus membeli produk perusahaan karena alternatif lain hampir tidak ada. Dari segi hubungan dengan pemasok, perusahaan mungkin terpaksa harus membayar biaya lebih tinggi, namun menaikkan harga barang juga bukan urusan sulit. Akhirnya, diferensiasi produk akan membantu meningkatkan daya saing perusahaan terhadap kehadiran barang pengganti (substitusi) maupun ancaman perusahaan sejenis.
3. Best Cost Strategy.
Strategi ini benar-benar menekankan pada kompetensi perusahaan sehingga daya saingnya cenderung sangat tinggi. Para pembeli jadi punya daya tawar yang rendah sehingga pangsa pasar cenderung selalu ada. Selain itu, jumlah pesaing maupun barang substitusi juga cenderung sangat sedikit. Perusahaan juga jadi mudah bernegosiasi dengan pemasok; kalaupun tidak bisa mendapat harga yang bagus, perusahaan tidak akan punya masalah dalam menstransfer kenaikan harga tersebut ke pembeli (yang tidak punya alternatif lain).
Ketiga strategi ini memiliki wilayah keunggulannya masing-masing, sehingga tidak ada ketentuan untuk menentukan mana strategi yang terbaik dari semuanya, karena itu tergantung pada jenis usaha atau bisnis, jenis produk, pangsa pasar dan berbagi faktor lainnya.
Menurut Michael E. Porter, terdapat lima faktor besar yang menentukan tingkat faktor kompetisi serta daya tarik dari suatu pasar. Kelima faktor ini akan menentukan bagaimana perusahaan yang berbeda saling bersaing dan menentukan strategi terbaik masing-masing untuk menghadapi persaingan tersebut. Kelima faktor tersebut disebutnya sebagai Porter’s Five Forces (1979).
Porter’s Five Forces juga memiliki faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhi persaingan antar perusahaan (atau yang disebutnya kekuatan horizontal dan vertikal). Kelima bagian penting dari Porter’s Five Forces adalah:
1. Barriers to Entry
Ini adalah faktor yang menghalangi suatu perusahaan untuk berbisnis, yaitu dengan menghalangi masuknya produk, jasa atau faktor formal seperti perijinan yang membantu perusahaan melakukan strategis bisnisnya.
2. Threats of Subtitutes
Ini adalah faktor berupa keberadaan barang substitusi atau barang pengganti, dimana barang atau produk ini mirip dengan produk yang dibuat perusahaan Anda sehingga menjadi pengganti bagi konsumen.
3. Rivalry
Ini adalah faktor persaingan yang harus perusahaan Anda hadapi. Unsur persaingan ini juga mencakup faktor seperti kemampuan inovasi dan kompetensi dari masing-masing perusahaan yang menjadi senjata utama untuk menghadapi persaingan.
4. Buyer Power.
Ini adalah faktor yang berasal dari pihak pembeli, dimana kemampuan serta ketertarikan konsumen untuk membeli produk Anda akan membawa pengaruh besar terhadap intensitas persaingan dan kompetisi di dalam pasar. Hal ini juga termasuk kemampuan perusahaan untuk memberi insentif bagi konsumen dan membidik target konsumen yang tepat.
5. Supplier Power
Ini adalah faktor yang berasal dari daya tawar yang dimiliki pemasok bahan baku bagi perusahaan Anda. Pasokan yang dimaksud bisa berupa bahan baku produksi, barang jadi, mesin untuk produksi maupun karyawan dan tenaga kerja.
Kelima faktor yang mempengaruhi persaingan dan faktor kompetisi serta daya tarik pasar dari Porter ini memiliki berbagai elemen penting; masing-masing memberi pengaruh berbeda pada bentuk strategi yang akan diambil perusahaan.
PORTER’S FIVE FORCES: THE INTENSITY OF RIVALRY
Dalam sebagian besar industri, persaingan merupakan faktor utama yang menentukan tingkat intensitas kompetisi antar perusahaan.
Faktor persaingan dalam usaha dagang atau pemasaran sangat memengaruhi pengambilan keputusan strategis sebuah perusahaan. Kompetisi dengan perusahaan lain menjadi dasar bagi perusahaan untuk mengambil langkah agar bisa mendapat profit besar sekaligus mampu bersaing dan eksis di pasar dalam waktu lama.
Intensitas persaingan antar perusahaan sangat dipengaruhi oleh karakteristik atau elemen berikut ini:
• Banyaknya jumlah perusahaan. Semakin banyak perusahaan yang memiliki jenis usaha sama dengan Anda, semakin ketat persaingan yang Anda hadapi.
• Cepat lambatnya pertumbuhan pasar, termasuk besar kecilnya target pasar untuk usaha Anda.
• Tingginya biaya tetap, yang sangat memengaruhi kemampuan produksi Anda.
• Tingginya biaya penyimpanan atau produk yang sangat mudah rusak.
• Rendahnya switching cost.
• Rendahnya tingkat diferensiasi produk; semakin rendah diferensiasi produk, semakin tinggi tingkat persaingan dan semakin rendah daya saing Anda karena jenis konsumen yang dibidik juga lebih sedikit. Akan tetapi, hal ini bisa juga berlaku sebaliknya untuk produk yang sengaja membidik pangsa pasar eksklusif.
• Tingginya exit barriers, yaitu penghalang yang membuat suatu produk tidak bisa langsung begitu saja diluncurkan ke pasar, misalnya hak paten dan ijin khusus.
• Keanekaragaman rival. Rival yang beragam bisa jadi membuat daya saing menjadi tinggi atau rendah tergantung situasinya dan jenis produk serta pangsa pasarnya.
Intensitas persaingan sangat menentukan bagaimana suatu industri akan menentukan keputusan strategis lewat kemungkinan kompetisi atau ancaman, dimana ancaman ini dapat menentukan eksistensi sebuah perusahaan untuk seterusnya. Pada akhirnya, faktor kompetisi ini akan menentukan bagaimana suatu industri menentukan strateginya.
Akan tetapi, penghalang dari luar bukan hanya kompetisi dengan sesama rival, melainkan penghalang yang lebih beragam dan tidak berasal dari para rival Anda, yang disebut Barriers to Entry (penghalang jalur masuknya produk ke pasar).
Komentar
Posting Komentar